Pasar bisa diartikan sebagai
tempat bertemunya penjual dan pembeli, berbagai komoditas dan barang – barang
kebutuhan bisa dengan mudah ditemukan disini. Salah satu keunikan pasar, bisa
jadi merupakan kelangsungan hidup dari pasar itu sendiri adalah nama pasarnya.
Pasar Pagi karena dahulu bisa jadi bukanya hanya di pagi hari, Pasar Senin yang
bukanya hari Senen, sedangkan di Jawa ( khususnya Bagian Tengah / yang mengenal
kalender Jawa ) bisa dinamakan Pasar Wage, Pasar Kliwon. Pasar – pasar
tradisional jaman dahulu tersebut tentunya sangat unik, karena selalu berpindah
– pindah tempat, seperti di daerah A bukanya setiap Wage ( Pasar Wage )
..besoknya mereka buka di daerah B ( pasar Pon ) dan seterusnya. Saya sendiri
pernah mengalami sewaktu di Sumatera ( Prabumulih ) dimana didaerah pedalaman
masih ada pasar yang berpindah – pindah dari satu dusun ke dusun lainnya yang
kalau tidak salah disebut Pasar Kalangan.
Baru – baru ini di Dusun Banaran
Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Temanggung juga ada pasar yang
dibuka setiap 35 hari sekali yaitu hari Minggu Wage. Keunikan dari Pasar
Papringan ini karena lokasinya di kebun bambu, juga alat tukar untuk jual
belinya menggunakan uang yang disebut Pring yang konon dibuat dari bambu (
beneran dari bambu nggak sih ? kelihatan
halus banget ya ). Pasar Papringan ini langsung ngehit , menjadi jujugan bagi
yang suka traveling, pemburu selfi dengan latar belakang tempat yang sedang
ramai di sosmed, apalagi Pak Ganjar yang gubernur jateng itu juga sudah
mengunjungi membuat pasar ini semakin berkibar dan mengundang rasa penasaran
untuk dikunjungi.
Pasar Papringan yang masih baru
ini memang luar biasa, membangkitkan ekonomi warga sekitar secara nyata.
Dagangan ( terutama makanan dan minuman ) ludes , parkiran membludak, bahkan
untuk parkir mobil juga lumayan susah karena jalan yang sempit. Pengunjung dari
luar daerahpun juga tidak kalah banyak dengan warga sekitar. Keberhasilan Pasar
Papringan ini patut diacungi jempol.
Setelah mengunjungi Pasar
Papringan ini, saya jadi teringat akan Pasar Paingan Alun – Alun Magelang,
pasar yang juga hanya ada setiap 35 hari sekali. Membandingkan Pasar Paingan
dengan Pasar Papringan tentulah tidak tepat karena memang sangat jauh berbeda (
konsep , tujuan dll ) meskipun sama – sama namanya pasar. Di Kota Magelang ada
juga pasar yang unik. Unik karena juga cuma ada tiap 35 hari sekali bertepatan
di hari Minggu Pahing. Seperti diketahui setiap Minggu Pahing di Masjid Agung
Kota Magelang diadakan pengajian, entah mulai tahun berapa pengajian itu
dimulai. Seiring perkembangannya dan seperti biasa dimana ada keramaian disitu
akan muncul penjual yang mencari sedikit rezeki, lama kelamaan terbentuklah
pasar “tiban” 35 hari sekali. Pengajian dan pasar tiban ini sepertinya sudah
saling melengkapi, tidak dapat dipisahkan lagi, menjadi satu tradisi yang
menjadi ciri khas pengajian di Masjid Agung Magelang, dan dikenal dengan nama
Paingan. Tetapi tidak ada salahnya melihat perbedaan antara dua pasar itu .
Lokasi Pasar Papringan ada di
Dusun Banaran Temanggung, dan untuk sampai dilokasi tersebut masuk jalan
perkampungan yang agak sempit, mobil yang berpapasan harus berhati – hati dan
jika perlu salah satu harus mengalah. Lokasi yang nylempit ini tidak
menyurutkan orang untuk mengunjungi pasar ini, terlebih ketika sampai di pasar
yang berada di kebun bambu terasa sejuk tidak kepanasan meskipun sesak
pengunjung.
Lokasi Pasar Paingan berada di Alun – Alun Kota Magelang, berada
disisi Selatan dan Barat ( depan masjid ). Lokasi yang sangat strategis dengan
jalan yang lebar dan tempat parkir yang sangat memadai. Beberapa tenda plastik
harus didirikan untuk menghindari panas matahari dan juga siap – siap dengan
tiupan angin yang kadang – kadang kencang.
Pengunjung Pasar Papringan selain
warga sekitar juga ada yang datang dari luar kota, terlihat dari plat kendaraan baik motor
maupun mobil. Kebanyakan pengunjung usia muda / produktif , cantik dan ganteng serta tak lupa dengan senjata
kamera baik DSLR , kamera saku maupun kamera HP. Disetiap sudut ramai berphoto
dengan berbagai macam gaya. Beda jauh dengan pengunjung Pasar Paingan, rata –
rata didominasi ibu – ibu dan bapak – bapak, juga keluarga muda dengan anak –
anak kecil, warga kota meskipun ada, tidak sebanyak warga kabupaten yang justru
menyemarakkan paingan ini. Anak muda kekinian bisa dibilang jarang dan bahkan
tidak terlihat, mungkin mereka tidak tahan kepanasan karena disitu juga
diadakan pengajian.
Di Pasar Paingan, aktivitas jual beli
masih bisa dilakukan tawar menawar sampai tercapai kesepakatan harga, dan
transaksi menggunakan uang resmi. Uniknya di Pasar Papringan menggunakan mata
uang yang disebut Pring. Jadi untuk bisa berbelanja harus menukarkan uang
terlebih dahulu, misalnya Pring dengan angka 1 mempunyai nilai Rp 1.000,- ,
Pring dengan angka 5 mempunyai nilai Rp 5.000,- dan seterusnya. Harga – harga
dinilai dengan Pring ini, misalnya semangkok soto batok harganya 8 pring (
setara Rp 8.000,- ) , es buah 3 pring ( setara Rp 3.000,- ). Oya itu untuk
makanan / sayuran / buah dll sepertinya sudah harga pas, entah untuk barang
kerajinan / kaosnya apa bisa ditawar ? atau mungkin yang dijual disitu semuanya
sudah harga pas ?
tempat penukaran uang
Pasar Papringan lebih banyak menyajikan stan makanan dan minuman, sehinggu lebih mirip pasar kuliner, Stan cenderamata / kerajinan sangat minim. Beberapa makanan ini merupakan makanan tradisional yang tentunya sangat menarik untuk dicicipi.
tempat penukaran uang
uang Pring
Pasar Papringan lebih banyak menyajikan stan makanan dan minuman, sehinggu lebih mirip pasar kuliner, Stan cenderamata / kerajinan sangat minim. Beberapa makanan ini merupakan makanan tradisional yang tentunya sangat menarik untuk dicicipi.
Jenis dagangan di Pasar Paingan lebih beragam, mainan, sandal, sepatu, tas sayuran, makanan dll bisa dijumpai disini. Banyaknya jenis dagangan dengan harga yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk berbelanja selepas pengajian usai.
Pasar Papringan ini bisa menjadi
tempat yang layak dikunjungi karena keunikannya. Tentunya inovasi akan
komoditas yang dijual bisa ditingkatkan juga inovasi – inovasi baru. Hal ini
perlu dilakukan karena jika hanya itu – itu saja bisa jadi kedepannya semakin
terlupakan dan tidak lagi menarik. Peran media sosial saat ini memang begitu
manjur untuk memperkenalkan suatu tempat untuk layak dikunjungi, tapi seperti
yang sudah – sudah akhirnya semakin menyurut bahkan tidak terdengar lagi.
Jangan sampai nasibnya akan sama dengan Pasar Paingan Kota Magelang yang akan
segera tergusur dan dipindah ke CFD yang tentunya sudah tidak bisa lagi disebut
Pasar Paingan. Sukses untuk Pasar
Papringan Dusun Banaran Kandangan Temanggung.
Suasana Pasar Papringan Temanggung
Suasana Pasar Papringan Temanggung
amazing
BalasHapusijin copas photo2 pasar pahingan magelang, akan di upload ke youtube dagu2, demi mencari dukungan tolak relokasi http://chn.ge/1Ufg0HX #AyoPahingan #SavePahingan #LestarikanPahingan
BalasHapus