Tepat di tanggal 1 Januari 2016, kami ( saya , ryan, hamid , agam dan adhi )
sepakat untuk jalan – jalan ke kawasan Ngrancah , daerah perkebunan kopi yang
konon sudah ada sejak jaman kolonial. Bermula dari ajakan mas Novo mengunjungi
Mesastilla , hotel resort yang mempunyai kebun kopi peninggalan jaman kolonial
lengkap dengan rumah kunonya, mengulik sejarah kebun kopi masa kolonial dan
mencari jejak - jejak bangunan tempat tinggal orang – orang Belanda. Tetapi
berhubung akhir tahun dan week end dimana biasanya hotel banyak pengunjung,
sang GM Mesastilla menyediakan waktu bertemu di hari senin. What ??? senin kita
mulai kerja lagi dan keputusan akhirnya batal mengunjungi Mesastilla tapi kami
tetap akan jelajah kebun kopi, masih disekitaran Mesastilla yaitu di Desa
Ngrancah. Oh ya sebetulnya masih ada teman kami yang ingin ikut, yaitu Gusta ,
tetapi berhubung terjebak hujan di Sleman, akhirnya minta ditinggal saja,
sementara mas Novo juga ada keperluan di Solo.
Seperti biasa tempat kumpul di
Taman Monumen A. Yani Badaan , jam 8:30 saya , Ryan , Agam dan Adhi meluncur
menelusuri jalur jalan Magelang – Semarang , sementara Hamid menunggu di
pertigaan menuju Mesastilla di daerah Pingit. Akhirnya kamipun bertemu di
pertigaan jalan tersebut, photo – photo sebentar langsung lanjut perjalanan . Dari pertigaan tersebut,
jalannya menurun dan kemudian menanjak agak belok, disisi kanan terlihat tembok
panjang dan ternyata itu tembok Hotel Mesastilla. Kami berhenti untuk sekedar
photo di gerbang hotel. Ini yang menarik karena di kiri dan kanan jalan ini
tumbuh pohon besar yang tertata rapi, disini terlihat ada kebun kopi ( sisi
kiri ) dan bangunan ( sisi kanan ) .
Lanjut jalan di depan gerbang tengah terlihat banyak mobil dan o la la itu di
tanjakan dalam gerbang terlihat bangunan warna krem yang saya kenal lewat photo
saja, ya bangunan cantik bekas Stasiun Mayong yang dijadikan recepsionis .
Maunya photo – photo disitu dulu, apa daya banyak driver dan security di tempat
itu yang membuat kami sungkan dan melanjutkan perjalanan, sedangkan di gerbang
ke tiga terlihat ada bagunan seperti gudang dan kebun kopi.
MesaStila Resort and Spa Retreat
Gerbang resort sisi barat
berasa di Europe
Kami terus saja memacu motor naik
mengikuti jalan hingga mentok di pertigaan, belok kanan dan saya langsung tanya
penduduk jalan arah Ngrancah ( ini antisipasi sok tau jalan daripada nyasar ) ,
Setelah diberi ancer – ancer ( dan gampang ) kami teruskan perjalanan dan
akhirnya sampailah di gerbang Desa Ngrancah dan disambut sangat meriah oleh
rintik – rintik kecil air .dan kami memutuskan untuk mencari warung kopi.
“ Desa Ngrancah awalnya merupakan tempat
pengungsian prajurit yang bernama Rejodipuro pada jaman Kasunanan Surakarta
Hadiningrat, Sekitaran tahun 1873 beliau sering dikejar – kejat pasukan kompeni
Belanda dan akhirnya beliau menetap dan memberi nama Desa Ngrancah " http://ngrancahmagelang.blogspot.co.id/p/home.html.
Begitu memasuki gerbang desa,
hidung saya langsung mencium harumnya aroma biji kopi yang sedang digoreng ,
sementara saya tengok kiri kanan nyari warung kopi tapi tidak ada dan gerimis
semakin deras. Akhirnya balik ke musholla untuk berteduh. Saya lihat di rumah
depan musholla ada sepasang suami istri yang sedang bekerja diteras samping,
segera saya datangi dan bertanya dimanakah ada warung kopi ? ..wah ibu dan
bapaknya kompak menjawab tidak ada, sayapun kemudian bercerita tentang maksud
kedatangan kami. Bapak dan Ibu tersebut
akhirnya bergantian bercerita tentang desa Ngrancah yang memang sudah di
jadikan sebagai Desa Wisata Perkebunan Kopi. Saya juga iseng tanya sedang
mengerjakan apa, karena saya lihat banyak potongan lembaran kayu tipis yang
sedang disusun di meja kotak panjang. Ternyata sebagian warga di desa ini mempunyai
pekerjaan sambilan merekatkan potongan – potongan lembaran kayu itu yang
nantinya akan dijadikan Triplek . wah baru tau ini …dan senangnya kami adalah
ibu tersebut mempersilahkan kami untuk beristirahat di rumahnya dan akan
membuatkan kopi. Bukannya kami menolak
bu, tapi kami akan segera ke tempat Pak Hari ketua perkumpulan petani kopi
disini seperti yang bapak sarankan agar menggali informasi disana,.mumpung
gerimis juga sudah agak reda.
Gerbang Desa Ngrancah
Rumah warga
rumah atap joglo
Pemandangan menuju Desa Ngrancah
Akhirnya kami menemukan rumah Pak
Hari, dan bertemu beliau. Setelah berkenalan kami mulai ngobrol – ngobrol
tentang Desa Ngrancah . Dari cerita Pak Hari memang desa ini baru saja
dikembangkan menjadi desa wisata , terutama untuk perkebunan kopi. Ketika saya
tanya sejak kapan perkebunan kopi ini ada, dijawab sejak jaman dahulu, turun
temurun. Saya pancing mengenai orang Belanda yang mempunyai kebun kopi seperti
yang saya baca di blog, tapi ternyata tidak tau ( atau masih dirahasikan ? ),
juga kemungkinan ada rumah – rumah kuno yang dulu didiami warga Belanda ,
seperti di Mesastilla, lagi – lagi tidak mengerti karena belum lahir
..hahahahahaha…( sepertinya harus tanya sesepuh desa ini ). Saat ini
diperkirakan luas kebun kopi di desa Ngrancah sekitar 800 hektar.
Yang dinanti - nantipun akhirnya
muncul juga, suguhan kopi dan ampyang. Kamipun tersenyum lebar dan bersorak
dalam hati dan tak lupa berkata aduhhh dados ngrepoti Setelah dipersilahkan untuk diminum, kami
segera meraih gelas, membuka tutupnya dan kompak mencium aroma kopinya dahulu,
wah harum sekali, satu tegukan dan kecap – kecap untuk merasakan sensasi
rasanya , enak dan kata Ryan sang master kopi memang ada rasa khas , bisa jadi
karena iklim, tanah dan juga karena ada pohon coklatnya. Dari keterangan Pak
Hari, jenis kopi yang ditanam di Ngrancah ini adalah kopi jenis robusta dan
keunggulan kopi Ngrancah ini adalah karena dirawat menggunakan pupuk organik ,
juga pilihan biji kopi yang benar – benar matang dan diolah secara tradisional.
Yang menggembirakan ternyata ada perhatian dari Pemkab Magelang yang melihat
potensi wisata desa ini dengan memberikan bantuan berupa gedung beserta alat –
alatnya. Digedung ini nantinya bisa dilihat pemrosesan kopi dari awal sampai
dikemas, juga menjadi tempat memajang / showroom kopi kemasan juga makanan lainnya.
Kopi Murni Tri Tunggal produksi kopi warga
Kebun kopi di pekarangan rumah
Ide menjadikan kebun kopi sebagai
tempat wisata ini memang dari warga sendiri, sehingga pengelolaannya pun juga
dilakukan oleh warga. Dari Informasi Pak Hari maupun bapak ( ahhh saya lupa tidak menanyakan namanya, maaf
sekali pak , Insya Allah kalo kesana mampir lagi dan kenalan, tidak sekedar
tanya ) kalo hari minggu kadang ada
rombongan pengendara sepeda motor trail yang blusuk ke pegunungan maupun
perkebunan.. Desa yang berada di ketinggian antara 600 - 1.200 mdpl ini memang sangat sejuk cenderung dingin. Dan
bukit di belakang desa dengan pohon pinusnya seakan mengundang untuk mendaki ke
puncaknya. Kalau tidak salah jejeran bukit diwilayah ini antara lain ada Gunung
Ngrancah dan Gunung Kelir ( CMIIW ) . Di
Gunung Ngrancah sendiri selain ada perkebunan kopi juga pohon – pohon lainnya
termasuk pohon pinus yang saya lihat di puncak. Konon di dalam hutannya ada
sumber mata air / sendang .
Potensi lain dari Ngrancah adalah
gula aren, ampyang dan juga ternak madu yang saat ini masih proses. Ampyang
dari Ngrancah ini dibuat dari gula aren dan kacang pilihan sehingga rasanya
benar – benar enak , lain dengan ampyang gula jawa. Selain warnanya lebih hitam
ketika digigit juga empuk dan lumer halus dimulut, beda dengan ampyang gula
jawa yang ketika dimulut lumer mrengkel ada butiran – butiran kecilnya.
Peternakan lebah madu saat ini sedang dirintis mengingat ketersediaan makanan
bagi lebah sangat banyak tersedia di sini. Pembibitan dan penanaman pohon aren
saat ini juga sudah mulai dilakukan.agar nantinya bahan baku pembuatan gula aren maupun ampyang ini
bisa mudah tersedia.
Ampyang gula aren...lumer dimulut
Sepulang dari masjid desa untuk
melaksanakan sholat Jum’at , obrolan kami lanjutkan. Ryan memperlihatkan photo
lama tentang bangunan gudang kopi Ngrancak dengan latar belakang bukit . Lagi –
lagi Pak Hadi tidak mengetahui mengenai bangunan tersebut dan menduga
kemungkinan itu bangunan di Mesastilla atau Ngrancak / Ngrancah di daerah lain.
Tetapi Pak Hari yakin kalo bukit di photo tersebut adalah bukit di desanya
karena beliau sangat mengenal dengan bentuk bukit tersebut. Akhirnya karena
sudah siang kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sebelum pulang sempat
photo – photo dan Pak Hari sekali lagi mengundang
kami dan teman – teman lainnya jika berminat bisa ikut di acara Jelajah Kebon
Kopi pada tanggal 28 Februari 2016. Jelajah ini nantinya akan berjalan kaki menempuk
jarak sekitar 7 km menelusuri perkebunan kopi dan hutan . Semoga kalo ada waktu bisa ikut ya....
oleh - oleh dari Ngrancah
wah bagus2 jg ya maas
BalasHapusMas bisa minta cp pak hari tidak ya, kbtulan saya orang magelang dan mau berkunjung kesana.
BalasHapusIkut pameran prpp gak ni
BalasHapusPingin ke ngrancah. Sekaligus menikmati copinya
BalasHapusmantul...
BalasHapusCah ngrancah di tangsel hadir
BalasHapus